Sitti Fadhilah Zanaria
Kau terlahir jadi ironi. Ya, kamu
ironi benar.
Nama yang pas buat
perempuan muda yang karena malu membuang benalu dalam rahim, aku.
Sepasang tangan yang
memungut dan memandikan aku dengan nasib buruk buat dijadikan alibi menampung
belas kasih di sebuah pondok reot dengan papan bertulis 'Panti Kasih Ibu' yang
aduh, salah menulis kata iba sebagai ibu
Aku dan benalu yang tak
tahu-menahu kenyang iba, tapi wanita paruh baya yang mengaku ibu belum
sekalipun sendawa memakan tawa kami. Kami dirawat buat tumbuh subur jadi
parasit.
Sampai suatu malam aku
yang kelaparan, akibat tak cukup pandai jadi pengemis dimarahi ibu panti dan
hanya boleh minum sisa keringat siang tadi. Terpaksa aku menodong mata belati
kearah seorang mucikari. Hei, kau itu?
Ah, kita berjumpa
Ironi! Aku menusuk tepat di bawah perutmu dan kau mengerang persis suara bayi
di tong sampah belasan tahun dulu. Mungkin, kau tak sempat memberiku nama.
Perkenalkan, Namaku Rahim. Tapi, kau sial aku bukan orang penyayang!
Tidak ada komentar: