KOLONG

[FEB][bleft]

KAMPUS UNHAS & SEKITARNYA

[FEB][twocolumns]

Diskusi “Titik Terang” tema: “Materialisme Dialektika Historis: Upaya Mendekati Realitas”

Diskusi “Titik Terang” tema: “Materialisme Dialektika Historis: Upaya Mendekati Realitas”
Moderator: Muhammad Anugrah Tantra Abadi, Naramsuber Aman Wijaya




Cara berpikir seseorang berbeda-beda. Dalam realitasnya kadang orang berpikir sepotong-sepotong  atau bahkan tanpa landasan. Metode berpikir yang sepotong-sepotong tidak akan membuat kita menemukan akar masalah dari problematika fenomena yang terjadi. Inilah mengapa, perlu metode berpikir yang tepat dan ilmiah dalam membedah situasi dan menemukan akar masalah.
Pelataran FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Hasanuddin, Jumat (13/4/2018) diadakan diskusi mengenai cara pandang atau cara berpikir untuk menemukan akar masalah dan mengetahui realita yang terjadi sebenarnya. Diskusi ini dihadiri oleh kalangan mahasiswa, sebagian besar dari mereka adalah anggota BEM Fakultas Ilmu Budaya beserta keluarga mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya. Salah satu dosen di Fakultas Ilmu Budaya pun turut hadir dalam diskusi tersebut.
Diskusi ini mengangkat tema: “Materialisme Dialektika Historis: Upaya Mendekati Realitas”. Alasan mengangkat tema ini ialah agar kita peka terhadap realitas yang terjadi di sekeliling kita, tidak gampang menerima opini atau wacana dengan subjektifitas sendiri, melainkan mengetahui bahwa suatu peristiwa disebabkan oleh peristiwa atau kejadian yang lain dan saling menopang satu sama lain.
 Masing-masing peristimemiliki keterkaitan dan akan timbul banyak pengandaian. Seperti halnya yang dikatakan Aman Wijaya selaku narasumber bahwa Materialisme Dialektis (MD) merupakan cara berpikir khas marxis soal realitas. Bagi Materialisme Dialetis realitas selalu punya pijakan material yang sering mengandaikan dan saling menopang. Diskusi berlangsung dengan sangat interaktif, ada banyak sekali pertanyaan yang diberikan peserta kepada narasumber, misalnya pertanyaan dari saudara Ainul yang mengatakan bagaimana cara mematahkan wacana yang sudah berakar kuat? Menurut Aman, agak sulit untuk mematahkannya, tetapi ada beberapa cara yang menjadi rekomendasi beliau yaitu dengan menertbitkan buku serta memperbanyak pendidikan alternatif. Diskusi ini kembali mengajarkan kita, betapa pentingnya membaca buku atau literatur apapun itu dan sehingga tidak terus-turusan percaya dengan hal yang tidak jelas kebenarannya, serta sebagai penangkal “hoax”.[] (MSQ/DDG)

Tidak ada komentar: