KOLONG

[FEB][bleft]

KAMPUS UNHAS & SEKITARNYA

[FEB][twocolumns]

HIMAJIE UNHAS Gelar Seminar Nasional

"Suasana seminar nasional".(Masduqayah)

Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi (HIMAJIE) menggelar seminar nasional di Gedung Auditorium Prof Amiruddin Unhas, Sabtu (16/2/2019). Seminar nasional ini bertajuk “Indonesia 2040: Terjebak atau Terlepas?”. Sebelum seminar digelar, para peserta dan tamu undangan dihibur dengan pertunjukan aqustik serta tari perpaduan 4 etnis yang terdiri dari adat Makassar, Bugis, Mandar, dan Toraja yang dibawakan langsung oleh Kreatifitas Seni Ekonomi (Kresek). Wakil Dekan III Kemahasiswaan, Alumni, dan Kemitraan mengungkapkan rasa bangganya terkhusus bagi HIMAJIE yang mengadakan seminar nasional ketiga serta kreatifitasnya dalam menampilkan band dan tari kreasi. Terdapat lebih 300 peserta seminar nasional dari berbagai kampus yang ada di Makassar, Sulawesi Selatan.

Sebelum pemateri mengutarakan pembahasannya, terlebih dahulu Baso sebagai salah satu peserta seminar mengungkapkan harapannya terhadap Indonesia 2040 “Indonesia menjadi negara ke empat dunia yang memiliki keunggulan (Negara maju) dan teknologi di Indonesia menggunakan bahan bakar air, misalnya mobil air.” Berbeda dengan Nur yang lebih menekankan perhatiannya pada pangan “Saya berharap Indonesia kedepannya dapat menjadi lumbung pangan terbesar di bidang pertanian” ujar mahasiswi Universitas Muhammadiyah tersebut.

Terdapat tiga pembicara kunci, salah satunya yaitu Danang Rizki Ginanjar, S.T.,M.BA yang mengatakan bahwa ada berbagai tantangan dalam masalah pembangunan di Indonesia. Mulai dari masalah sosial, lingkungan, dinamika politik, dan terkhusus mengenai ekonomi. “Masalah terkait yaitu pertumbuhan ekonomi stagnan pada kisaran 5%, gejala deindustialisasi, diversifikasi,” kata Staff Khusus Kementerian Perencanaan Pembangunan Republik Indonesia. Beliau menambahkan bahwa “Sehingga yang menjadi prioritas nasional Indonesia yaitu kualitas pendidikan, pengentasan kemiskinan dan kesejangan, serta memperkuat pranata.”

Seminar nasional yang ketiga ini juga dihadiri oleh Staff Khusus Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kemenkeu RI. Beliau membahas tentang Kebijakan Fiskal Menuju Indonesia 2040. Dalam seminar tersebut Adelia Surya Pratiwi, SE.,Msc. mengungkapkan bahwa “Saat ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebesar 5,17%. Sementara itu, untuk keluar dari middle income trap pertumbuhan ekonomi rata-rata harus berada di atas 6%. Hanya ada 13 negara dari 101 negara yang berhasil keluar dari perangkap pendapatan menengah.”

Sementara itu, Prof. H. Marsuki., Phd., DEA tampil sebagai pembicara yang mengevaluasi Efektifitas Pembangunan Ekonomi di Indonesia. Beliau memaparkan bahwa pendapatan nasional sebaiknya hanya mencatat penghasilan rakyat Indonesia tanpa memasukkan tenaga kerja atau pengusaha asing yang bermukim di Indonesia. “Perhitungan pendapatan nasional seharusnya tidak digabung dengan pendapatan warga asing di Indonesia agar benar-benar mengetahui pendapatan yang dihasilkan oleh rakyat Indonesia itu sendiri.” Lebih lanjut, “Pertumbuhan ekonomi di Indonesia jika mencatat penghasilan rakyat Indonesia, hanya sebesar 3%.” Selain itu, menurut Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Unhas ini, butuh perubahan manufaktur yang memihak kepada kepentingan nasional.

Setelah pemaparan materi, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh enam orang peserta seminar, salah satunya yaitu Bahar. Beliau mempertanyakan “Bagaimana kita memanfaatkan bonus demografi dengan adanya tantangan teknologi yang dapat menggantikan peranan manusia”. Pertanyaan ini dijawab langsung oleh Adelia bahwa agar teknologi tidak menglengserkan peranan kita, kitalah yang harus mengarahkan teknologinya ke bidang-bidang strategis. Seminar nasional ini kemudian diakhiri dengan penyerahan piagam penghargaan kepada masing-masing pemateri. [](msq/jon)


Tidak ada komentar: