KOLONG

[FEB][bleft]

KAMPUS UNHAS & SEKITARNYA

[FEB][twocolumns]

Sejarah Tanah UNHAS : Kampung Kera-kera dulu

Google Maps, Kampus Universitas Hasanuddin. Dulunya ini adalah sebuah perkampungan yang hingga saat ini menurut keterangan warga setempat yang masih hidup, belum menerima ganti rugi atas digusurnya pemukiman mereka.
      Universitas Hasanuddin (Unhas) merupakan universitas terbesar di Indonesia timur. Universitas yang berlambangkan ‘ayam jantan’ ini memiliki sejarah yang cukup buruk. Itu terjadi saat sebelum berdirinya kampus merah ini. Sebuah perkampungan berdiri di tanah Tamalanrea dulu, tetapi tahun 1977 perkampungan tersebut digusur dan dipindahkan karena akan dibangun Universitas Hasanuddin. Ada beberapa kampung yang menempati Unhas dulu, yaitu Pammaluang, Bontosugi, dan Bontotinggi. Nama dari daerah kampung-kampung tersebut yakni Kera-kera. Nama Kera-kera sendiri diambil dari Kira-kira karena penduduk Kera-kera tidak memberikan nama, jadi mereka mengira-ngira saja.

      Perkampungan Kera-kera dulunya sepanjang dari Rumah Sakit Universitas Hasanuddin hingga Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP). Masyarakat kera-kera lama itu banyak yang bertani,
berkebun, dan pengrajin kayu nipa. Danau kebanggaan Unhas kini merupakan sawah-sawah milik warga Kera-kera. Banyak juga daerah hutan bamboo dulunya.
 
        Pada saat tahun 1977, dimulai pembangunan Unhas. Banyak warga berpindah ke beberapa daerah, yaitu ke Kantisang, ke belakang Universitas Cokroaminoto, ke belakang Immim, ke Bung, dan ada juga ke kampung Kera-kera yang baru. Kampung Kera-kera baru ini dipindahkan dibelakang Laboratorium milik Fakultas Peternakan. Hanya ada 1 jalan masuk ke Kampung Kera-kera. Kawasan kampung kera-kera baru ini dulunya merupakan rawa-rawa. Kampung ini masih dikelilingi oleh rawa-rawa. Kawasan kera-kera tidak pernah banjir.  Sekitar 200 orang yang tinggal di Kera-kera. Mata pencaharian mereka banyak yang bekerja di Unhas. Di Universitas Hasanuddin, mereka berkerja menjadi pegawai, cleaning service, dan pedagang-pedagang di kantin Unhas. Di Kera-kera ini hanya memiliki satu Sekolah Dasar (SD), SD Inpres Kera-kera. Tidak ada SMP maupun SMA. Masjid bercat hijau yang berdiri merupakan bantuan dari pemerintah dan swadaya masyarakat Kera-kera. Menurut Zainuddin, walikota biasanya datang diundang ke Masjid tersebut. Perhatian pemerintah pada kampung ini juga dibangunnya jalan papping. Jalan papping tersebut dibangun pada awal tahun 2000-an. Sering juga banyak caleg-caleg yang mengunjungi Kera-kera. Banyak yang mereka tawarkan kepada warga Kera-kera, yaitu janji-janji saat mereka terpilih. Warga kera-kera selama ini menggunakan sumur bor untuk keperluan air sehari-hari. Air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum masuk ke kawasan ini. Menurut Zainuddin yang dianggap tokoh kampung Kera-kera, hanya baru ada pipa-pipa PDAM saja yang dibangun tetapi belum ada air bersihnya. Listrik di kera-kera ini juga sudah ada sekitar 30 tahun yang lalu, pada tahun 1980an.

Tidak banyak acara kumpul-kumpul di Kera-kera ini, hanya saja saat ada acara pernikahan di Kera-kera. Terlihat aktivitas sore hari ibu-ibu dan bapak-bapak duduk-duduk di pos ronda dan bercerita. Ada juga anak muda yang bermain Pro Evolution Soccer (PES). Pada saat hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus, tidak ada juga acara atau lomba-lomba yang biasa diadakan di daerah lainnya.[]/(FBK)

                                                                                                                                                                                                                           

Tidak ada komentar: