Universitas Hasanuddin (Unhas) merupakan universitas terbesar
di Indonesia timur. Universitas yang berlambangkan ‘ayam jantan’ ini memiliki
sejarah yang cukup buruk. Itu terjadi saat sebelum berdirinya kampus merah ini.
Sebuah perkampungan berdiri di tanah Tamalanrea dulu, tetapi tahun 1977
perkampungan tersebut digusur dan dipindahkan karena akan dibangun Universitas
Hasanuddin. Ada beberapa kampung yang menempati Unhas dulu, yaitu Pammaluang,
Bontosugi, dan Bontotinggi. Nama dari daerah kampung-kampung tersebut yakni
Kera-kera. Nama Kera-kera sendiri diambil dari Kira-kira karena penduduk Kera-kera tidak memberikan nama, jadi
mereka mengira-ngira saja.
Perkampungan
Kera-kera dulunya sepanjang dari Rumah Sakit Universitas Hasanuddin hingga
Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP). Masyarakat kera-kera lama itu banyak
yang bertani,
berkebun, dan pengrajin kayu nipa. Danau kebanggaan Unhas kini
merupakan sawah-sawah milik warga Kera-kera. Banyak juga daerah hutan bamboo
dulunya.
Pada saat tahun 1977, dimulai
pembangunan Unhas. Banyak warga berpindah ke beberapa daerah, yaitu ke
Kantisang, ke belakang Universitas Cokroaminoto, ke belakang Immim, ke Bung,
dan ada juga ke kampung Kera-kera yang baru. Kampung Kera-kera baru ini
dipindahkan dibelakang Laboratorium milik Fakultas Peternakan. Hanya ada 1
jalan masuk ke Kampung Kera-kera. Kawasan kampung kera-kera baru ini dulunya
merupakan rawa-rawa. Kampung ini masih dikelilingi oleh rawa-rawa. Kawasan
kera-kera tidak pernah banjir. Sekitar
200 orang yang tinggal di Kera-kera. Mata pencaharian mereka banyak yang
bekerja di Unhas. Di Universitas Hasanuddin, mereka berkerja menjadi pegawai,
cleaning service, dan pedagang-pedagang di kantin Unhas. Di Kera-kera ini hanya
memiliki satu Sekolah Dasar (SD), SD Inpres Kera-kera. Tidak ada SMP maupun
SMA. Masjid bercat hijau yang berdiri merupakan bantuan dari pemerintah dan
swadaya masyarakat Kera-kera. Menurut Zainuddin, walikota biasanya datang
diundang ke Masjid tersebut. Perhatian pemerintah pada kampung ini juga dibangunnya
jalan papping. Jalan papping tersebut dibangun pada awal tahun 2000-an. Sering
juga banyak caleg-caleg yang mengunjungi Kera-kera. Banyak yang mereka tawarkan
kepada warga Kera-kera, yaitu janji-janji saat mereka terpilih. Warga kera-kera
selama ini menggunakan sumur bor untuk keperluan air sehari-hari. Air bersih
dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum masuk ke kawasan ini. Menurut
Zainuddin yang dianggap tokoh kampung Kera-kera, hanya baru ada pipa-pipa PDAM
saja yang dibangun tetapi belum ada air bersihnya. Listrik di kera-kera ini
juga sudah ada sekitar 30 tahun yang lalu, pada tahun 1980an.
Tidak banyak acara kumpul-kumpul di
Kera-kera ini, hanya saja saat ada acara pernikahan di Kera-kera. Terlihat
aktivitas sore hari ibu-ibu dan bapak-bapak duduk-duduk di pos ronda dan
bercerita. Ada juga anak muda yang bermain Pro Evolution Soccer (PES). Pada
saat hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus, tidak ada juga acara atau
lomba-lomba yang biasa diadakan di daerah lainnya.[]/(FBK)


Tidak ada komentar: