Jumat, 16 Desember 2016 yang lalu telah diadakan diskusi meyoal pembubaran Pasar Sabtu oleh Pemkot Makassar dan Polisi dengan tema “Mencipta Ruang Publik Antara Itikad Pemerintah dan Swakelola Warga Kota”. Diskusi ini menghadirkan Haci (salah satu pelapak di Pasar Sabtu) dan Muh. Nawir (Pengamat Perkotaan). Diskusi ini diadakan di CafĂ© Dialektika. Haci sebagai pembicara pertama menjelaskan bahwa Pasar Sabtu tidak mengganggu apapun. Pasar Sabtu hanya memanfaatkan Taman Indosat yang sejatinya merupakan ruang publik yang semua orang bebas mengaksesnya yang tidak terpakai di hari Sabtu malam. Tidak ada maksud maupun upaya apapun yang dilakukan Pasar Sabtu untuk mengeksklusifkan tempat tersebut sebagai tempatnya. Seperti biasa, semua orang bebas mengakses tempat tersebut dan bebas lalu lalang di depan lapakan Pasar Sabtu. Pembicara kedua, Muh. Nawir, juga menjelaskan bahwa sektor informal, seperti Pasar Sabtu, merupakan fundamental pembangunan kota. Kota dibangun oleh sektor informal. Bangunan-bangunan di kota tidak akan berdiri tanpa adanya sektor tersebut. Sektor informal merupakan cara survival para urbanis di kota. Dalam perspektif pemanfaatan ruang publik ada dua pandangan yang ia jelaskan. Pertama, dalam pandangan sektor informal merupakan upaya untuk menuntut kepentingan hak atas kota, hak bersama mengakses ruang publik. Dan kedua, dalam pandangan pemerintah merupakan upaya untuk menuntut kepentingan yang sudah disusun sebelumnya dalam hirarki perencanaan kota.
Mungkin Pasar Sabtu sudah tak asing lagi di telinga kita. Pasar Sabtu merupakan salah satu wadah berekspresi beberapa anak muda progresif Makassar secara kreatif yang berlokasi di Taman Indosat, Jalan Ahmad Yani, Kota Makassar. Di Pasar Sabtu, terdapat banyak lapakan yang menjual berbagai produk asli buatan mereka, diantaranya clothing, tas, buku, zine, dll. Selain berjualan, para pelapak juga sering membuat kegiatan-kegiatan lain seperti diskusi, nobar, dll. Pasar Sabtu dibentuk pada bulan November 2014, sekitar dua tahun lalu. Ide membuat Pasar Sabtu di latar belakangi oleh mereka yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda yang sering berkumpul dan berdiskusi setiap Sabtu malam di Taman Indosat. Dari beberapa diskusi yang mereka adakan, tercetuslah ide segar untuk membuat sebuah wadah yang dapat memperlihatkan produk hasil buatan mereka sendiri dan jika ada yang butuh dapat membeli di tempat tersebut dengan memanfaatkan ruang publik yaitu Taman Indosat, yang biasa digunakan sebagai tempat parkir para pegawai Kantor Balaikota saat pagi hingga sore di hari kerja dan tidak terpakai pada malam harinya. Karena mereka hanya bisa berkumpul bersama saat hari Sabtu saja dikarenakan sibuk dengan profesi masing-masing di hari lainnya, maka dinamakanlah kemudian Pasar Sabtu. Di Pasar Sabtu, keputusan yang lahir harus melalui kesepakatan bersama atau musyawarah. Suatu kegiatan tidak akan bisa dilaksanakan jika ada salah satu anggota Pasar Sabtu tidak sepakat. Begitupun apabila ada pengadaan barang seperti tempat sampah, harus melalui kesepakatan bersama barulah barang itu didadakan. Modal kegiatannya pun diperoleh dari hasil kumpul-kumpul dana dari anggotanya. Selain di Taman Indosat, Pasar Sabtu beberapa kali juga melapak di depan Benteng Rotterdam. Di awal pembentukannya, Pasar Sabtu diisi baru lima orang saja. Beberapa bulan berlangsung, Pasar Sabtu msh kami berlima yang isi. “Karena memang ngumpul-ngumpul, saling memperlihatkan hasil produksi, sharing jadi alasan dominannya berpasar sabtu, makanya kami tdk terlalu ambil pusing kalau lapakan cuman sedikit dan pengunjung mungkin tidak banyak-banyak amat. Tapi, sebenarnya sejak dulu pun ramai sih karena banyak teman-teman yang datang dan suka berdiskusi.” ujar Este, salah satu pencetus dan pelapak di Pasar Sabtu. Pasar Sabtu juga sempat vakum di awal tahun 2015 dikarenakan para anggotanya sibuk masing-masing. “Nah, soal kenapa kembali lagi, hampir sama di awal pembentukan. Semakin banyak teman-teman yang mulai berproduksi dengan semangat do it yourself. Ternyata Pasar Sabtu menjadi kebutuhan sehingga diperadakan. Tapi dengan catatan, ketika mau dikembalikan, mengingat banyak sekali lapakan teman-teman yang mau gabung, maka syarat utamanya adalah membicarakan segala sesuatunya secara bersama-sama sesuai semangat awalnya.” tambah Este. Saat ini, anggota atau pelapak di Pasar Sabtu sudah bertambah. Beberapa anak muda progresif Makassar ikut bergabung di dalamnya. Akan tetapi, jumlahnya dibatasi. Hal ini dikarenakan sebagai upaya pencegahan terhadap tuduhan-tuduhan mengganggu lalu lintas terjadi. Oleh karena itu, untuk beberapa waktu ke depan, Pasar Sabtu tidak menerima dulu calon pelapak.[](/HOS)
Tidak ada komentar: