MEDKOM - Jumat
lalu, Elia Massa Manik secara resmi dicopot dari jabatan Direktur Utama (Dirut)
PT Pertamina. Pencopotan itu dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Luar Biasa pada Jumat 20 April 2018
dilansir oleh bisnis.tempo.co. Tak hanya Elia, Kementerian
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga mengganti beberapa anggota direksi
Pertamina lain. Menurut Pengamat Energi Universitas Gajah Mada Fachmi Radhi ada
beberapa catatan yang membuat Elia harus diganti. Ada beberapa alasan mengapa
Elia digantikan, Alasannya, terlalu sering mengeluh dan juga melakukan manuver
yang mengarah pada pembangkangan dalam menjalankan BBM penugasan. Salah satu
maneuver yang dilakukan yaitu mengurangi pasokan Premium di Jawa, Madura dan
Bali. Tentunya hal ini menyebabkan kelangkaan BBM di beberapa daerah.
Masalah
Premium yang tak kunjung usai, diperparah dengan kenaikan harga Pertalite dari
Rp 7.800 menjadi Rp 8.000 yang dilakukan oleh Pertamina. Meskipun kenaikan
harga Pertalite hanya sebesar Rp 200 per liter seperti yang dilansir oleh
merdeka.com, tetapi hal ini mengakibatkan disparitas antara harga Premium
dengan Pertalite menjadi semakin melambung hingga mencapai sebesar Rp 1.450 per
liter. Terlebih saat kenaikan harga Pertalite ini naik tidak diimbangi dengan
pasokan Premium. Padahal kondisi ini berpotensi membuat konsumen beralih. Jika
tidak segera menambah pasokan Premium, maka kelangkaan Premium akan semakin parah.
Alasan
lainnya yaitu kasus tumpahnya minyak di Balikpapan yang memakan banyak korban.
Menurut Fachmi Radhi, Elia keluar dari tanggung jawab, kebocoran ini
seolah-olah bukan karena kesalahan Pertamina. Kemudian tidak ada antisipasi
yang dia lakukan, oleh karena itu Elia harus dicopot, menurutnya. Semestinya Elia
sudah mengundurkan diri sebelum akhirnya dicopot dari jabatannya terkait dengan
berbagai masalah yang telah ditimbulkan tersebut.[](MSQ/DDG)
Sumber:
Tidak ada komentar: